SIAK – Hambatan terbesar Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia adalah kurangnya akses dan kesadaran tentang manfaat dan proses digitalisasi usaha. Selain itu, UMKM juga perlu melek pada perkembangan ekonomi hijau dengan memperhatikan aspek lingkungan dan sosial.
Arah pengembangan UMKM, bantuan pemerintah, dan gotong royong multipihak dapat menjawab kebutuhan dan memberi solusi tepat bagi hambatan UMKM. Salah satu upaya pengembangan UMKM lewat kolaborasi multipihak dilakukan di Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Kolaborasi antara pemerintah daerah melalui Dinas Pariwisata Kabupaten Siak, dengan Sentra Kreatif Siak Lestari (SKELAS), Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) dan sektor swasta sebagai katalis dari Supernova Ecosystem, mendorong penguatan UMKM melalui program inkubasi.
Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kabupaten Siak, Tekad Perbatas Dewa dalam keterangan pers yabg diterima Bentalanews.id mengatakan pentingnya pengembangan sumber daya manusia di sektor ekonomi kreatif. Dinas Pariwisata melalui Bidang Ekonomi Kreatif melakukan pendataan potensi, dan melakukan pendampingan terhadap pelaku ekonomi kreatif yang mayoritas merupakan
UMKM. Salah satunya melalui program KUBISA.
“Dinas Pariwisata bekerjasama dengan SKELAS berupaya menumbuhkembangkan potensi yang ada, dengan membina pelaku ekonomi kreatif akan mempengaruhi perekonomian daerah,” kata Tekad.
Program Inkubasi Bisnis Lestari (KUBISA) merupakan program pendampingan usaha bagi pelaku UMKM terpilih dengan ide usaha inovatif yang memberi dampak positif bagi sosial dan lingkungan.
Program ini terdiri dari 10 sesi pelatihan bisnis lestari, seperti pelatihan visioning, pelatihan bisnis model canvas, pelatihan tata kelola bisnis, pelatihan pengebangan barang dan jasa, pelatihan pencatatan keuangan dan rantai pasok secara
digital, pelatihan marketing, pelatihan membuat pitch deck sesuai dengan panduan investasi lestari, pelatihan public speaking, pelatihan prototipe desain kemasan ramah lingkungan, dan pelatihan foto produk.
Pembangunan Lestari
Pendampingan selama dua bulan mendorong pelaku UMKM menyadari arah pembangunan lestari dengan memanfaatkan komoditas lokal daerah menjadi hilirisasi produk bernilai tambah.
Pelatihan tersebut merupakan salah satu upaya pembangunan lestari yang fokus pada konservasi, perkebunan, industri dan pemukiman yang terdapat dalam Peraturan Daerah (Perda) No. 4 Tahun 2022 tentang Siak Kabupaten Hijau.
Wakil Bupati Siak, Husni Merza menjelaskan bahwa pemerintah perlu memikirkan alternatif sumber ekonomi bagi masyarakat saat melarang mereka melakukan pembalakan hutan, salah satunya adalah mendorong pertumbuhan sektor UMKM di Siak. Mengingat Kabupaten Siak
merupakan wilayah dengan bentangan alam dan memiliki komoditas beragam, UMKM juga perlu diperkuat dengan pemahaman konsep bisnis lestari.
“Kabupaten Siak ingin menjadi percontohan bagi pengembangan UMKM dengan konsep bisnis lestari,” kata Husni Merza, Jumat (17/03/2023).
Besarnya potensi alam Siak menjadi tantangan. Perlu pengelolaan yang baik agar alam terjaga, dan masyarakat tetap sejahtera. Husni menambahkan, pemerintah Siak sangat terbuka dengan berbagai pihak yang ingin menjadikan Siak sebagai tempat kajian bersama bahwa manusia dapat hidup berdampingan dengan alam. Sehingga, antara pertumbuhan ekonomi dan pelestarian lingkungan dapat berjalan beriringan sesuai filosofi masyarakat melayu.
“Istilahnya, berkebun tapi tak merusak gunung. Bercocok tanam, tapi tidak merusak hutan. Dan, memancing tapi tak mengotori laut. Sehingga masyarakat bisa sejahtera tapi alam tetap terjaga,” kata Husni.
Husni berharap melalui pendampingan ini, UMKM di Siak lebih berkembang. Tidak hanya memikirkan aspek keuntungan saja, tapi juga mulai sadar akan dampak terhadap lingkungan.
Selain mendapat pelatihan, di akhir masa inkubasi 7 finalis dari 26 peserta akan dipertemukan dengan tamu undangan dalam partnership matching pada Sabtu, 18 Maret 2023 di Gedung Mahratu, Siak, Provinsi Riau.
Ketujuh finalis akan memaparkan inovasi dan solusi bisnis lestari masing-masing kepada juri dan tamu. Tiga peserta dari tujuh finalis dengan inovasi dan solusi terbaik akan terpilih sebagai pemenang. Setiap finalis mendapat kesempatan berdiskusi dan berjejaring untuk mempromosikan produk olahannya kepada tamu umum dan perusahaan.
“Program ini cukup bagus, karena UMKM butuh pendampingan dan perusahaan dapat membantu pemasarannya, tentu menyesuaikan kebijakan perusahaan,” kata Muhammad Wahyudi, CSR Officer dari PT Bumi Siak Pusako.(rls)