WINROCK Internasional menjadi salah satu lembaga nirlaba internasional yang memiliki program utama restorasi ekosistem gambut di Kabupaten Siak, Guna mendorong masyarakat meningkatkan kualitas pengelolaan lahan gambut, lembaga ini membuat kegiatan pertanian paludikultur dan usaha -usaha yang berfokus pada pengembangan komoditas lokal, seperti sagu, tanaman hortikultur dan tanaman keras endemik lahan gambut.
“Di lahan 5 hektar yang berada di Kampung Bunsur, Winrock membuat Demplot atau Demontration Plot yang ditanami berbaga mancam tanaman hutan dan hortikultura yang ramah gambut,” kata Koordinator Winrock di Riau, Agung Gde, Senin (21/3).
Demplot adalah suatu metode penyuluhan pertanian dengan cara membuat lahan percontohan agar petani bisa melihat dan membuktikan terhadap objek yang didemontrasikan.
Tiga lokasi yang menjadi sasaran Winrock di Siak yaitu Kampung Lalang, Bunsur dan Mengkapan. Ketiga kampung tersebut merupakan daerah langganan Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di Kabupaten Siak. Dengan program yang digagas Winrock dari hulu hingga hilir tersebut, diharapkan Karhutla tidak lagi terjadi.
Apa yang dilakukan Winrock Internasional selaras dengan Peraturan Bupati Siak Nomor 22 tahun 2018, tentang Siak Kabupaten Hijau. Dengan beroperasinya kilang sagu di Bunsur, diharapkan akan ada perbaikan fasilitas pasca panen produk sagu lokal Siak dan terbukanya akses pasar. Dengan demikian komoditas sagu yang sesuai untuk lahan gambut dapat lebih berkembang dan membantu meningkatkan penghidupan masyarakat secara berkelanjutan.
Pendekatan model bisnis yang dijalankan ini, juga mampu menjaga lahan gambut dari kerusakan sehingga gambut akan terjaga, tetap basah dan lestari. (Adv)
PERESMIAN KILANG SAGU. Wakil Bupati Siak, Husni Merza didampingi Camat Sungai Apit, Wahyudi, Koordinator Public Private Partnership (PPP) Indira Nurtanti dan Agung Gde dari Winrock Internasional meresmikan pemakaian Kilang Sagu Mini di Kampung Bunsur, Selasa (22/3) siang. Kilang tersebut dibangun Winrock Internasioan dengan dana mencapai 300 juta rupiah dan pengelolaannya diserahkan pada Badan Usaha Milik Kampung (BUMKam) Bunsur. WD UTAMI, HERMAWAN/BENTALANEWS.ID
TEPUNG SAGU BASAH. Kapasitas kilang mini ini mampu mengolah sekitar 50 -75 tual sagu per hari. Satu tual sagu berukuran sekitar 114 cm. Prosenya, sagu yang sudah dipotong, didorong ke mesin parut, Hasil parutan kemudian diputar di bak yang berada di bawah mesin untuk mengeluarkan sari patinya. Air dari bak tersebut kemudian dialirkan ke bak penampungan. Terdapat dua bak penampungan yang berukuran 2 x 6m. Setelah beberapa hari, akan terbentuk endapan. Endapan itulah yang dinamakan tepung sagu basah. WD UTAMI, HERMAWAN/BENTALANEWS.ID
BUDIDAYA IKAN GABUS. Di belakang kilang, sagu ada dua embung atau yang akan difungsikan untuk budidaya ikan gabus. Ikan ini menjadi income tambahan bagi BUMKam. Agar kilang ini zero waste, ampas sagu yang dihasilkan kilang kemudian difermentasi untuk tempat berkembang biak ulat magot BSF (Black Soldier Fly). Ulat tersebut akan menjadi pakan ikan gabus yang dipelihara. Sedangkan ampas sisa fermentasi, diperuntukan sebagai pakan bebek yang akan dipelihara di areal kilang. Winrok telah merencanakan memberi bantuan 500 ekor bebek untuk dikembangbiakan BUMKam. WD UTAMI/BENTALANEWS.ID
KOMODITAS LAHAN GAMBUT. Pohon sagu dan nanas adalah komoditas yang sangat baik tumbuh di lahan gambut. Agar kedua komoditas ini menjadi komoditas andalan, Winrock telah memberi berbagai pelatihan dan bantuan infrastruktur kepada masyarakat Bunsur dan sekitarnya. Salah satunya dengan mendirikan kilang penggilingan sagu. dan mendatangkan calon pembeli tepung sagu ke Kampung Bunsur. WD UTAMI, HERMAWAN/BENTALANEWS.ID
PANGANAN SAGU. Makanan lempeng sagu dan kepughun adalah makanan khas daerah pesisir Riau. Bahan baku utamanya adalah sagu. Lempeng sagu terbuat dari campuran tepung sagu dan kelapa memiliki rasa gurih. Sedangkan kepughun yang mirip dengan papeda di Papua ini, dibuat tanpa campuran apa-apa kecuali air. Biasanya kepughun dimakan bersama gulai ikan gabus. WD UTAMI/BENTALANEWS.ID
OLAHAN NENAS. Produk olahan nenas sudah sangat beragam di pasaran. Masyarakat Kampung Bunsur tidak mau ketinggalan. Selain menjual nanas dalam bentuk buah segar, kini kaum perempuan Kampung Bunsur memberi nilai tambah buah nanas dengan mengolahnya menjadi selai dan minuman segar. Hasilnya tidak kalah dengan produk pabrikan. HERMAWAN/BENTALANEWS.ID
MENCICIPI OLAHAN SAGU. Bupati Siak dan jajaran Pemkab Siak berkesempatan mencicipi berbagai produk olahan sagu yang disajikan kaum perempuan Kampung Bunsur. Selain kue-kue, mereka juga merasakan lempeng sagu dan kepughun yang baru dimasak di lokasi acara. WD. UTAMI, HERMAWAN/BENTALANEWS.ID
HASIL PRODUKSI. Minuman sari buah nanas dan selai nenas hasil produksi masyarakat Kampung Bunsur diperkenalkan kepada Wabup Siak Husni Merza dan jajaran. Husni mengapresiasi hasil produksi masyarakat yang bahan bakunya berasal dari kebun milik mereka sendiri. WD UTAMI/BENTALANEWS.ID
Fotografer: Hermawan, WD Utami
Teks: WD Utami