CAHAYA matahari menembus sela-sela dedaunan pohon yang berdiri gagah di areal hutan PT Kojo. Terasa sangat hangat meskipun waktu belum menunjukan pukul 11.00 WIB. Sesekali berpadu dengan hembusaan angin, seolah ikut menemani langkah rombongan pers mahasiswa yang menyusuri jalan tanah berumput.
Semilir angin itu bahkan mampu menerbangkan helai demi helai rambut hingga terasa menyejukkan. Daun-daun perdu di kiri kanan jalan pun ikut berayun. Perjalanan menuju lokasi pembibitan tanaman hutan yang berjarak sekitar 1 km itu pun tak terasa melelahkan. Lokasinya di Kecamatan Pinggir, Kabupaten Bengkalis berdekatan dengan kawasan Suaka Margasatwa Balai Raja yang merupakan kawasan konservasi gajah sumatera..
Kami adalah rombongan pers kampus dari lima perguruan tinggi yang ada di Pekanbaru hendak melihat lokasi pembibitan tanaman agroforestri yang dikelola oleh LSM Rimba Satwa Foundation (RSF) di areal PT Kojo. Staf Pundi Sumatera, pihak penyelenggara Training Jurnalistik Konservasi Milenial Kampus, sudah membagi peserta menjadi empat kelompok sebelum rombongan turun. Masing-masing kelompok menuju lokasi berbeda yang tempatnya tidak terlalu jauh satu sama lain.
Annisa sebagai fasilitator, telah memberi arahan tugas yang harus dilakukan 20 peserta selama berada lokasi. Masing-masing kelompok memiliki satu orang pembimbing dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Pekanbaru, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA), Faswil TFCA dan RSF.
Saya berada di kelompok 1 dengan pembimbing Sutono dari Faswil TFCA, Abidin Sria Jojon seorang Polisi Hutan dan Eko Faizin dari AJI Pekanbaru.
Candaan selama perjalanan menambah semangat dalam berpetualang di alam. Ada hal yang unik dari anggota RSF. Masing-masing mereka memiliki nama julukan yang diambil dari nama-nama satwa.
Areal PT. Kojo termasuk daerah perlintasan gajah Sumatera yang sebagian masih berupa hutan. Keanekaragaman hayatinya masih terjaga dan sangat cocok sebagai tempat perlindungan satwa terancam punah.
Sambil menyusuri kawasan, kami mendapat banyak informasi dari Nando yang saat ini diberi kepercayaan sebagai manajer elephant monitoring di RSF.
Kami berjalan di jalan setapak yang merupakan lintasan gajah. Ada pula kolam permandian gajah di sekitar lintasan. RSF telah membuat 3 kolam khusus untuk tempat gajah mandi dan berkubang.
Gajah sangat suka garam-garam mineral. “Gundukan tanah ini adalah penggaraman yang dibuat untuk gajah. Garam mineral memiliki peran yang sangat baik bagi penguatan tulang gajah,” jelas Staf RSF, Nando, Sabtu (18/3/2023)..
Setelah berjalan kurang dari 30 menit, rombongan sampai di lokasi pembibitan tanaman agroforestri. Agroforestry merupakan manajemen pemanfaatan lahan secara optimal dan lestari, dengan cara mengkombinasikan kegiatan kehutanan dan pertanian pada unit pengolahan social, ekonomi dan budaya masyarakat.
Jenis bibit yang ada di sana antara lain, jengkol, durian, nangka dan lain sebagainya. Bibit-bibit tersebut nantinya akan ditanam di kebun-kebun masyarakat di sekitar kawasan Suaka Margasatwa Rimbang Baling yang berada tidak jauh dari lokasi nursery.
Tidak hanya menanam tanaman agroforestri, di sana juga ada tanaman pakan gajah seperti cempedak, pisang, bambu dan lainnya. Jumlah keseluruhan mencapai 5.000 batang.
Ribuan bibit-bibit disusun dengan jarak cukup rapat. Ukurannya kurang lebih setinggi paha orang dewasa.
“Pembibitan ini dimulai pada tahun 2021 lalu,” tambah Nando.
Pak Jeff, begitu kami menyebutnya adalah pemilik PT Kojo. Ia WNA yang menyukai suasana hutan. Bila ia masuk hutan, tak lupa membawa buah dalam jumlah besar yang kemudian ia lempar ke dalam hutan agar bisa dimakan satwa yang ada di sana.
“Banyak satwa dilindungi di sini, mulai dari tapir, beruang madu, beberapa jenis primata dan gajah sumatera. Jenis primata endemik di Riau juga ada, cirinya hampir menyerupai lutung kokah. Satwa ini sering muncul di pagi hari,” kata Jeff.
Selain satwa, juga ada berbagai jenis flora yang dilindungi di areal seluas 80 ha tersebut seperti pohon meranti dan kulim. Status kawasan tersebut adalah APL, berada di luar kawasan hutan negara.
“Semua dijaga dengan ketat di sini. Ketika ada orang atau karyawan menebang pohon, maka akan dikenakan sanksi pidana,” jelas Nando.
Di lokasi pembibitan juga terdapat menara pantau berwarna hijau. Dari menara tersebut, bisa terlihat bila ada gajah yang lewat. Kami belum beruntung, tidak satu pun satwa yang menampakan diri selama kami berada di sana.
Namun perjalanan setengah hari di areal PT Kojo memberi tambahan wawasan tentang arti pentingnya konservasi alam. Setiap mahluk diciptakan tentu memiliki manfaat. Apabila salah satu musnah, keseimbangan alam akan terganggu dan pasti berdampak bagi kelangsungan hidup yang lainnya.
Penulis: Sisilia Lisbet Sagala, LPM Visi Unilak
Editor: WD Utami