PEKANBARU – Aliansi Jurnalis Independen (AJI) dan Deutsche Welle (DW) Akademie menggelar Lokakarya Peliputan Isu Lingkungan selama 3 hari, 10-12 Agustus 2023 di Hotel Pangeran, Pekanbaru. Pada hari ketiga dilanjutkan dengan sesi praktik lapangan melalui kegiatan fieldtrip ke Taman Nasional Tesso Nilo.
Sebelum lokakarya secara luring, pada 20-22 Juli 2023 didahulaui dengan sesi online. Sebanyak sepuluh jurnalis dari beberapa provinsi di Sumatera terpilih mengikuti lokakarya melalui proses seleksi.
Lokakarya serupa juga diselenggarakan di Bangladesh, India dan Pakistan. Tujuannya agar jurnalis di negara tersebut bisa menghasilkan karya jurnalisme video berkualitas tinggi, khususnya isu-isu lingkungan.
Ketua AJI Pekanbaru, Eko Faizin berharap 10 peserta terpilih mampu menghasilkan video jurnalistik lingkungan berkualitas.
“Pelatihan seperti ini langka, apalagi langsung disampaikan trainer dari DW Akademie Jerman dan jurnalis senior Indonesia,” kata Eko, Jumat (11/8/2023).
Teknik pelatihan DW Akademie terkenal unik, dinamis dan sangat interaktif. Paeserta dilatih oleh trainer dan jurnalis berpengalaman DW Akademie, Ayu Purwaningsih dan Rizki Nugraha. Materi yang dsampaikan antara lain storytelling, mobile jurnalism, jurnalisme konstruktif dan keselamatan dalam peliputan lingkungan.
Ayu Purwaningsih menyebut menjelang tahun politik, Riau dan sekitarnya akan banyak bermusnculan isu lingkungan. Mengingat, persoalan-persoalan lingkungan sangat erat dengan isu politik.
“Oleh karena itu dibutuhkan keterampilan jurnalis memproduksi berita yang kritis namun kontrukstif yang dibutuhkan oleh masyarakat. Berita konstruktif menberikan harapan bagi masyarakat karena ada solusi yang diberikan bagi persoalan lingkungan kita,” kata Ayu.
Rizki Nugraha menilai pentingnya memberdayakan jurnalis di daerah, terutama perempuan, agar mampu mewartakan isu-isu lingkungan lokal secara berkualitas untuk audiens yang lebih luas, termasuk di luar negeri.
“Kita mengajak teman-teman wartawan untuk menggunakan pendekatan yang konstruktif dalam peliputan jurnalistik,” ujar Rizki.
Visualisasi data penting dalam cerita lingkungan. Kepada peserta diberikan juga teknik menyederhanakan data yang rumit dan memanfaatkan data Geographic Information System (GIS).
Khusus meteri Jurnalisme Konstruktif, peserta mendapat penjelasan dari Redaktur Senior Majalah Tempo, Sunu Dyantoro. Sunu menyebut ada kecenderungan pembaca lebih menyukai berita bombastis atau a bad news is good news. Padahal ada pendekatan baru a good news is still good news. Berita-berita positif juga bisa mendapat tempat bagi pembaca.
“Kecenderungannya kini mulai bergeser a good news is good news,” terang Sunu.
Selain itu, lokakarya kali ini juga membekali para peserta dengan materi keamanan jurnalis saat melakukan liputan dan keamanan digital bagi jurnalis yang disampaikan jurnalis senior perempuan Mentawaikini.com, Yuafriza. Wanita yang kerap disapa Uni Ocha ini menjelaskan bagaimana strategi-strategi dalam mengatasi ancaman nyata maupun digital.
“Ada tiga jenis ancaman yang perlu diwaspadai yaitu kekerasan digital, fisik dan psikologis,” paparnya.
DW Akademie juga menawarkan dana peliputan bagi tiga jurnalis terpilih sebesar 500-650€ untuk produksi video berdurasi 3-5 menit. Proposal liputan atau pitch 10 peserta yang sudah dipresentasikan dan direvisi, akan dipilih oleh tim DW. Bagi peserta terpilih selanjutkan akan menjalani proses mentoring dan merealisasikan liputan video jurnalistiknya. (rls)