PEKANBARU – Provinsi Riau menjadi satu di antara sejumlah lokasi pengelolaan energi terbarukan berbasis komunitas atau masyarakat. Lokasinya di Desa Batu Songgan, Kabupaten Kampar. Mereka membangun Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMh) dengan memanfaatkan aliran Sungai Songgan.
Dengan biaya murah, hanya Rp30.000 per bulan, rumah warga bisa teraliri listrik maksimal. Sebelumnya mereka menggunakan lampu minyak yang disebut warga setempat dengan lampu strongkeng.
“Kami masyarakat adat Desa Batu Songgan merasakan energi listrik sejak tahun 2000-an. Sebelumnya kami menggunakan lampu strokeng, lampu minyak. Dengan adanya PLTMh ini, masyarakat jadi lebih memiliki kesadaran untuk menjaga lingkungan sekitar guna memastikan debit air tetap maksimal untuk kebutuhan PLTMh,” ungkap masyarakat Desa Batu Songgan, Efri Subayang dalam acara Nonton Bareng (Nobar) dan Diskusi “Kemandirian Energi: Transformasi Berbasis Masyarakat” yang digelar Masyarakat Jurnalis Lingkungan Indonesia (SIEJ) Simpul Riau dan Trend Asia di Pekanbaru, Jumat (20/10/2023) sore.
“Kami punya hutan, 400 hektare akan kami jadikan hutan lindung, ini akan kami usulkan agar bisa menjadi hutan hak,” lanjutnya.
Menurut Roni, masyarakat yang tinggal di Desa Batu Songgan, tiang lisrik PLN mulai masuk ke desanya. “Saya pribadi khawatir PLN masuk, PLTMh akan terabaikan. Jadi sayang sekali upaya kita yang sudah lama ini jika nanti jadi terabaikan,” keluhnya.
Pembangunan PLTMh tersebut sempat dibantu oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Kampar, sebelum akhirnya dikelola secara penuh dengan pola swadaya oleh masyarakat Batu Songgan. Dengan biaya Rp30.000 sebulan masyarakat sudah mendapatkan aliran listrik ke rumah, cukup untuk memenuhi kebutuhan listrik mereka.
Ahlul Fadli, narasumber dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Riau menilai, melihat potensi dan kendala yang dihadapi masyarakat harus diantisipasi bersama. Komunitas, pemerintah daerah dan pihak lainnya harus turut serta bersama-sama menjaga potensi energi terbarukan, jika tidak ada kesadaran bersama menjaga potensi ini, maka akan terbuka kemungkinan akan musnah.
“Kita harus pertanyakan ke pemerintah bagaimana formula energi terbarukan ini diterapkan ke masyarakat, bagaimana potensi ini dijaga,” sebutnya.
Ia juga mengatakan jika potensi kehilangan sumber energi ini terbuka ketika ada pihak ketiga atau investor yang tiba-tiba datang untuk melakukan pengelolaan lahan yang berada tepat di sumber energi.
Potensi energi di Riau menjadi pekerjaan rumah Pemerintah Provinsi Riau saat ini untuk mengelolanya sebaik mungkin. Dosen Teknik Elektro dari Universitas Riau, Iswadi HR menyampaikan, potensi alam yang melimpah tersebut harus dimanfaatkan secara maksimal.
Analis Rrencana Umum Energi Daerah Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Riau, Zulkifli menyebut Pemprov Riau sudah memetakan potensi energi terbarukan yang bisa dikembangkan menjadi sumber energi masyarakat. Tidak hanya tenaga air atau hidro, tenaga surya dan lainnya juga telah dipetakan.
“PLTMh bisa dibangun di kawasan perbukitan di sepanjang Bukit Barisan. Kita telah membangun PLTMh di Sungai Santi, Simpang Kiri Kabupaten Kuantan Singingi dan di Batang Gangsal, Kabupaten Inhu. Selain PLTMh, kita juga melihat peluang kebutuhan energi daerah,” urainya.
Selain itu, lanjutnya, juga telah dibangun pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di sejumlah gedung pemerintahan dan kawasan pemukiman penduduk, kendati skala kecil.
Nobar Film Dokumenter
Sebelum melakukan diskusi, para narasumber dan peserta nonton bareng film dokumenter garapan Trend Asia berjudul Kemandirian Energi: Transformasi Berbasis Masyarakat. Film tersebut memperlihatkan sejumlah objek pengelolaan energi terbarukan berbasis komunitas, termasuk di Provinsi Riau. Ada pengelolaan energi tenaga surya di Blora Jawa Tengah dan pengelolaan energi tenaga bayu atau angin di Kedungrong, Yogyakarta.
Dalam kata sambutannya, Koordinator SIEJ Simpul Riau, Ilham Yafiz mengatakan, bahwa kegiatan tersebut merupakan kegiatan kedua yang digelar SIEJ Simpul Riau dan Trend Asia, setelah sebelumnya kegiatan serupa kami gelar juga mengangkat topik transisi energi ke arah energi bersih.
“Tujuan kegiatan ini untuk menyebarluaskan narasi energi bersih yang sangat mungkin diterapkan di Provinsi Riau. Diskusi konstruktif menjadi seperti ini menjadi saranya,” kata Ilham.
Manager Kampanye Energi Terbarukan Trend Asi, Beyrra Triasdian mengatakan, seluruh masyarakat memiliki hak yang sama atas akses listrik. “Yang kita coba jelaskan dalam film ini bahwa seluruh masyarakat memiliki hak atas akses energi, dalam hal ini energi listrik. Menjadi masalah ketika masyarakat desa belum mendapatkan haknya,” ungkap Beyrra Triasdian.
Fakta yang terjadi di Batu Songgan menunjukan kemandirian energi bisa dilakukan masyarakat secara swadaya dengan cara membangun PLTMh. Selain mendapat manfaat energi listrik, masyarakat juga merawat lingkungan sekitar yang menjadi sumber air yang menjadi komponen utama PLTMh.
“Saya ke lokasi yang tempatnya cukup jauh. Mereka membuat bendungan di atas gunung, jalannya sempit. Kami sampaikan ke pemerintah agar energi terbarukan medapat porsi yang cuku. Pemerintah seharusnya menyediakan hak kita akan kebutuhan listrik,” tegasnya. (rls)