SIAK – Winrock Internasional menggandeng Dompet Dhuafa Riau dalam program pengembangan pertanian nanas di lahan gambut, khususnya terkait pemanfaatan limbah dan pemasaran hasil industri nanas. DD adalah lembaga Filantropi Islam yang selama ini berkhidmat dalam pemberdayaan kaum dhuafa.
Proses penyerahan dukungan program pertanian nanas lahan gambut dari Dompet Dhuafa Riau ke pihak Winrock International dituangkan dalam dokumen nota kesepahaman atau Letter of Intens (LoI) pada 24 Maret 2022 lalu di Graha Zakat Dompet Dhuafa Riau.
Menurut Ketua Riset Pengembangan Pasar Nanas dari Winrock, Casdimin, kolaborasi Winrock International dan Dompet Dhuafa Riau menjadi sangat penting untuk keberhasilan program pengembangan pertanian nanas. Winrock telah melakukan pendampingan petani hingga memproduksi nanas olahan. Sedangkan DD Riau berperan dalam pemanfaatan limbah nanas untuk peternakan petani dampingannya, mengembangkan pasar produk nanas dan turunannya dalam kerangka program pemberdayaan masyarakat.
“Kita akan mulai dari skala kecil di Kecamatan Sungai Apit. Melalui kerjasama ini diharapkan cita-cita pengelolaan lahan gambut yang ramah lingkungan, berkelanjutan serta memberikan nilai ekonomi bagi masyarakat dapat direalisasikan,” kata iIndira Nurtanti dari Winrock Internasional.
“Dengan adanya kerjasama ini, diharapkan akan memperkuat pemberdayaan masyarakat dalam program UMKM yang sedang dan akan terus dikembangkan oleh Dompet Dhuafa Riau,’ terang Pimpinan Cabang Dompet Dhuafa Riau, Hendi Mardika.
Lahan gambut di Provinsi Riau adalah lahan gambut terluas di Sumatera, luasnya mencapai 3,89 juta hektare (ha). Pemanfaatan lahan gambut sebagai lahan pertanian maupun perkebunan haruslah mempertimbangkan kelestariannya sehingga tidak menyebabkan kerusakan lingkungan.
Winrock Internasional lembaga nirlaba yang bekerja di Siak telah memfasilitasi berbagai kegiatan peningkatan kualitas pengelolaan lahan gambut dari hulu hingga hilir. Hal tersebut dilakukan sebagai bagian dari usaha restorasi dan konservasi ekosistem gambut berkelanjutan sekaligus untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui pengembangan komoditas lokal yang ramah lingkungan dengan pendekatan Paludikultur.
WI bersama Karya Masyarajat Mandiri (KMM) pada tahun 2021 telah melakukan riset peluang pengembangan nanas sebagai komoditas pertanian yang menunjang sistem budidaya Paludikultur berkelanjutan di lahan gambut. Riset dilakukan di Kecamatan Sungai Apit, Kabupatan Siak, Riau pada Bulan Mei sampai dengan Oktober 2021.
Hasil riset menunjukkan bahwa komoditas nanas potensial mendukung sistem pertanian Paludikultur ramah gambut dan juga memiliki potensi ekonomi bagi masyarakat. Paludikutur adalah salah satu metode budidaya di lahan gambut, tanpa mengubah kondisi asli lahan gambut. Saat ini nanas sudah banyak dibudidayakan sebagai tanaman sela oleh para petani dan dapat tumbuh dengan baik.
Luas lahan pertanian yang telah ditanami nanas diperkirakan mencapai 350 ha dengan jumlah produksi nanas sekitar 7000 ton/tahun. Potensi lahan TORA (Tanah Objek Reforma Agraria) di Kecamatan Sungai Apit yang memiliki luas 2.000 ha, apabila dikembangkan sebagian untuk komoditas nanas dapat menambah jumlah produksi hingga mencapai 36.000 ton/tahun.
“Hal ini cukup besar dan sangat potensial untuk selanjutnya dikembangkan dalam skema industri pengolahan nanas,” tandas Casdimin. (rls)